Monday, May 16, 2005

02. Sarung Kotak-kotak

Seri : Regular Expression

Episode : 02. Sarung Kotak-kotak

Author : Youppie Arliansyah

Tanggal : 8 April 2002



 


Pada lembar kelima. Lembar pertama adalah untuk judul buku dan salinan Undang-undang tentang Hak cipta. Lembar kedua masih memuat judul namun dibaliknya adalah informasi katalog. Lembar ketiga dan keempat untuk daftar isi, lalu lembar kelima memuat kata pengantar. Semuanya sudah mengikuti acuan penerbitan buku yang lazim. Tapi dibalik lembar kelima kata pengantar itu, Regie mengangguk-angguk membacanya tulisan yang tertera disana. Surat untuk para pembajak buku.



Kepada para pembajak yth,


Salam sejahtera. Semoga kita semua berada dalam kebahagiaan dan kesehatan yang sempurna.


Pertama-tama saya berterima kasih karena Anda telah ikut membantu menyebarluaskan karya ini. Semoga semakin banyak lagi orang yang mendapat manfaat darinya. Dan kedua saya hendak menyampaikan sebuah ganjalan di hati.


Harus kita akui, bahwa setiap hari kita semakin diliputi kebutuhan akan uang. Dan semakin hari betapa uang semakin menjadi tolok ukur akan kualitas kehidupan seseorang. Mungkin ada beberapa orang yang tidak demikian adanya, maka saya menghaturkan salam salut untuk mereka. Saya sendiri masih membutuhkan uang, demikian juga Anda saya kira.


Dan dengan karya saya inilah saya berharap bisa meraih uang itu. Harapan untuk bisa menikmati setiap sen yang dihasilkan dari setiap salinan yang dibeli oleh pembaca saya. Namun harus kita akui bersama, dengan segala kerendahan hati, bahwa Anda telah mengambil apa yang seharusnya bisa saya dapatkan.


Saya tidak bisa menyalahkan Anda. Kita semua butuh uang. Saya butuh uang, Anda butuh uang, dan mereka membeli dari Anda pun karena butuh menyimpan sedikit uang. Dan kembali segalanya diukur dengan uang. Ah, seandainya kita hidup di zaman Abbassiyah, ketika negara membayar setiap buku yang bagus dengan timbangan emas seberat buku itu, tentunya saya tidak akan miskin seperti ini. Dan Anda tidak akan menjadi pembajak, karena Anda bukan lagi pembajak, karena pengetahuan adalah milik semua orang.


Sayangnya kita tidak hidup di zaman seperti itu. Kita hidup pada zaman dimana, sekali lagi, segalanya diukur dengan uang. Karena karya saya ini berada di dalam sistem yang menakarkan uang. Karena kita berada di dalam sistem yang menakarkan uang.



Para pembajak yth,


Saya tidak bisa menghadapi Anda. Walaupun saya melarang Anda, saya tetap tidak bisa menghentikan Anda. Siapalah saya ini. Namun walau begitu, izinkanlah saya memohon kemurahan hati Anda, untuk mendapatkan sedikit dari apa yang seharusnya bisa saya peroleh. Karena tidak ada lagi yang bisa saya lakukan.


Betapa saya berharap semoga suatu saat kelak Anda tidak lagi menjadi pembajak, suatu saat ketika membajak itu tak lagi ada. Suatu saat ketika usaha Anda akan dihargai.



Terima kasih



Kasihan si penulis itu, pikir Regie. Tapi caranya unik. Memberikan langkah kepada musuh, seperti dalam permainan catur yang mengorbankan perdana mentri untuk menyelamatkan raja. Buku itu satu-satunya karangan penulis Indonesia yang baru, dan pernah, dibacanya diluar buku pelajaran sekolah. Regie kagum. Hanya saja dia tidak tahu bahwa surat itu berupa salinan dari surat yang sama pada buku lain, yang terbit delapan belas tahun yang lalu. Bahwa hampir semua buku yang diterbitkan di Indonesia menyertakan salinan surat itu setelahnya. Dia baru tahu kemudian ketika chatting sorenya.


Setelah IRC clientnya tersambung dengan server, dilihatnya ada 107 user yang aktif. Semua yang dikenalnya. Semua yang sama gilanya. Begitu nicknya, bum-bum, terlihat di window user, langsung 107 pesan dari 107 user muncul dengan kata-kata yang sama, "Hallo Regie". Tujuh pesan berikutnya adalah:


Gali: masih kurang, Hallo Regie.

Zion: tambah juga, Hallo Regie.

Pick: ikutan ah, Hallo Regie.

Biskuit: saya juga, Hallo Regie.

Gali: kurang banyak, Hallo Regie. Hallo Regie. Hallo Regie.

Pick: curang! saya juga, saya juga, saya juga, saya juga.

Zion: he he he


Setelahnya kelima user itu di-kick dari arena.


Disana ada nick bug-book alias si kutu buku. Semua tahu kalau bug-book ini suka membaca. Kadang Regie private chat dengannya membahas tentang berbagai buku, walau Regie tak pernah terlalu menikmatinya. Namun kali ini lain cerita, karena ada penasaran yang mengganggu. Regie memanggilnya.


Bum-bum: bug, apa kabar?

Bug-book: tumben reg, ngajak private?

Bum-bum: iseng aja.

Bug-book: iseng? 15 detik setelah kamu login?


Si bug ini memang sensitif.


Bum-bum: emang ngga boleh?

Bug-book: ada apa sih?

Bum-bum: engga, saya baru baca buku nih

Bug-book: waaaaaah, regie ngajak diskusi bukuuuuuuuu


Pesan terakhir ini muncul di window pesan utama. Regie tak peduli komentar yang muncul.


Bug-book: yang mana?

Bum-bum: jack muhammad, hirarki komunitas masyarakat cyber.

Bug-book: aha, best seller tuh. menarik ngga?

Bum-bum: lumayan.


Padahal Regie belum selesai baca.


Bug-book: baca juga andi andar, konsep sosiologis kontemporer. Kayaknya si jack banyak ngambil bahan dari situ.

Bum-bum: oke, nanti.


Bug-book: mau diskusiin apa?


Pertanyaan yang mempermudah situasi.


Bum-bum: si jack nulis surat buat pembajak.

Bug-book: lalu?

Bum-bum: hebat aja gitu. caranya mengatasi kaum pirates

Bug-book: baru tahu?

Bum-bum: ?

Bug-book: itu sih cerita lama.

Bum-bum: masa? maksudnya?

Bug-book: yah, ketahuan kamu ngga pernah baca bukunya orang indonesia.

Bum-bum: :-(

Bug-book: surat kayak gituan sih udah ada 18 tahunan.

Bum-bum: ?

Bug-book: coba deh kamu lihat di toko buku. Semuanya pake itu.

Bum-bum: masa? Kayak GPL aja.

Bug-book: iya emang begitu. jadi apa aja yang kamu baca selama ini?

Bum-bum: buku luar kayak Joseph Chan

Bug-book: ha ha ha, dia juga orang indonesia. Yg kamu baca itu terjemahannya

Bum-bum: ???

Bug-book: iya, Joseph Chan itu orang padang.

Bum-bum: ??? bukannya cina?

Bug-book: Yosefrizal Chaniago, padang totok.

Bum-bum: lho

Bug-book: payah nih.


Setelahnya muncul window lain mengajaknya private.


Regie tak dapat mengalihkan pikirannya dari private pertama itu. Benarkah surat seperti itu bukan hal baru? Benarkah Joseph Chan itu orang Indonesia? Betapa banyak yang tidak diketahuinya.


Joseph Chan, atau Yosefrizal Chaniago kata si bug-book, adalah salah satu idolanya. Bukunya, "P For Begginer", adalah perkenalan Regie dengan bahasa P. Selanjutnya "P For Intermeidate" dan "Expert P" menemani jalannya menuju seperti sekarang. Begitu mengaguminya sehingga Regie akhirnya mendorong Joseph Chan untuk menulis "The Unleashed P" dan menyumbangkan ide-idenya. Tapi latar belakang penulis itu tak pernah disentuhnya sama sekali. Menurutnya cukuplah untuk mengetahui bahwa nama Joseph Chan adalah seseorang berkebangsaan Cina, atau warga negara Amerika keturunan Cina. Selebihnya Regie tak peduli, hanya bukunya. Sekarang? Email itu sudah siap dikirimkan ke Joseph, atau Yosefrizal.


Balasannya tiba tiga menit kemudian.



Subject: Re: Padang?


>Let me know the truth. Are you Indonesian? From padang? Because one of my friend told me so.


Si bug-book ya? Dia bilang gitu ke saya. Sekarang juga kami masih private. Payah kamu Reg. Jangan jangan kamu ngga tahu lagi, kalau kita sering ketemu di rumah si Rudi. Nih saya kirimin foto, biar kamu ngga bingung lagi.



Attachmentnya file jpg, dan wajah disana sangat dikenalnya. Om Yos. Begitukah semuanya?



Subject: Sueeerrrrr ngga tahuuuuuuu


Whuaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!! :-( :-( :-( :-( :-( :-( :-(



Regie bahkan sampai salah ketik. Kalimat itu seharusnya diterjemahkan menjadi: "Whuaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!! malu! malu! malu! malu! malu! malu! malu!"


***


Jadi ternyata Joseph itu adalah Om Yos. Bukankah selama ini mereka sering bikin program bersama? Pantas saja dua buku terakhir sebelum "The Unleashed" terasa begitu mengena. Joseph seakan tahu kebutuhan Regie ketika belajar bahasa P. Setiap keingintahuan baru selalu terjawab dengan segera oleh bukunya. Bagaimana Regie tidak akan mengidolakan Joseph? Tapi kalau dia itu Om Yos, ya nggak aneh lagi. Dasar. Padahal bunga-bunga bermekaran di hatinya ketika namanya muncul dalam daftar pertama ucapan terima kasih di "The Unleashed". Sekarang bunga-bunga itu layu berguguran.


Urusan dengan Om Yos bisa dilakukan nanti.


Sekarang masih tentang surat untuk para pembajak itu. Tapi apa benar semuanya begitu? Sudah selama itu? Window private message dengan bug-book masih terbuka.


Bum-bum: bug, masih disitu?

Bug-book: yup

Bum-bum: thanks atas infonya

Bug-book: he he he, dia bilang malah sering ketemu kamu

Bum-bum: juga baru tahu

Bug-book: dasar, nge-geek sih nge-geek, tapi buka mata dong sama the real world

Bum-bum: :-(

Bug-book: lagi pm sama siapa aja?

Bum-bum: cuman kamu

Bug-book: tumben

Bum-bum: ngga sih, cuman mau nanya soal surat itu

Bug-book: oh, sarung kotak-kotak

Bum-bum: ?

Bug-book: surat u/ pembajak itu kan? sarung kotak-kotak

Bum-bum: ?

Bug-book: itu juga kamu ngga tahu? ya ampun!!!!!!

Bum-bum: :-(

Bug-book: oke3, namanya memang begitu

Bum-bum: why

Bug-book: dulunya, seorang pengaran…. eh mending di email aja ya, biar leluasa

Bum-bum: ok


Satu menit kemudian email itu,


Subject: sarung kotak kotak


Dulunya, seorang pengarang novel yang frustasi karena bukunya sering dibajak menulisnya. Namanya saya lupa. Tapi dia memang sangat frustasi, soalnya dia menulis cerita yang bagus tapi dapet royaltinya ngga seberapa. Anehnya malah terlalu banyak orang yang baca buku dia. Bahkan dia pernah ketemu ibu2 di bus kota yang lagi baca bukunya. Ibu itu berkomentar bahwa cerita itu sangat bagus dan menghanyutkan. Trus dianya pura-pura nanya, emang buku itu laku? Ibu2 itu bilang kalo orang se-RT-nya pada baca semua. Trus ibu2 itu juga bahkan bilang kalo dirumahnya punya 3 eksemplar. Nah lho.


Si pengarang bingung, kalo bukunya bisa laku, kenapa royaltinya sedikit? Padahal dia ngga punya pekerjaan lain lagi. Kasihan ya? Rupanya ibu itu beli yang bajakan. Soalnya lebih murah katanya. Ya begitulah, awalnya. Padahal lagi si pengarang itu sudah mau meluncurkan buku keduanya. Ceritanya lebih bagus, soalnya dia ngira buku pertamanya ngga laku gara-gara ceritanya ngga bagus. Tapi dia takut dibajak lagi. Lalu dia dapat ilham untuk nulis surat itu.


Waktu bukunya terbit, surat itu dapat tanggapan luar biasa. Bahkan media massa menulisnya sebagai essai of the century, hebat ngga? Buku itu royaltinya masih sedikit, tapi para pembajak pada tersentuh. Banyak yang akhirnya ngirim uang untuk si pengarang, bahkan ada juga pembacanya yang ikutan. Pengarang itu akhirnya jadi kaya.


Dan mau tahu kenapa surat itu dinamai sarung kotak-kotak? Soalnya pembajak yang pertama dan terang-terangan bersimpati adalah orang yang suka pake sarung motif kotak-kotak, yang sekarang punya toko buku Grafidia. Si pembajak itu, Jarot kalau ngga salah, masih ngejual buku bajakan di tokonya. Mungkin buku yang dijualnya itu barang bajakan semua. Tapi saya yakinnya dia baik begitu biar ngga di tuntut ama si pengarangnya aja. Ngga semua pengarang juga dikasih ama dia. Tanya aja ama Yosefrizal. Pembajak yang lain sih masih mending mau toleran. Sekarang kabarnya dia malah ngga pernah lagi ngasih ama pengarang.


Cukup segitu?


--


Bug


Ternyata Jarot si sarung kotak-kotak. Kembali ke chat


Bum-bum: thanks

Bug-book: come back

Bum-bum: si jarot suka pake sarung kotak kotak?

Bug-book: begitulah ceritanya. Dulunya sekali dia jualan buku di kaki lima


Bum-bum: hubungannya?

Bug-book: soalnya dia jualan pake sarung kotak-kotak begitu.


Bum-bum: makanya dia dijuluki si sarung kotak-kotak?

Bug-book: yup


Bum-bum: kamu tahu dari mana?

Bug-book: my nick is bug-book


Bum-bum: oke3 i g0t 1t

Bug-book: eh btw, kamu kan lagi ngerjain proyeknya dia?


Bum-bum: yup

Bug-book: udah selesai?


Bum-bum: udah sih, tapi belum dikasih aja. Gimana waktu ngetes mirrornya?

Bug-book: oke sih. Denger2 kamu kena kendala sama, apa tuh? regex?


Bum-bum: he he he, regular expression

Bug-book: ha, geek yang kena kendala

Bum-bum: regular is my name

Bug-book: I know. Tapi kenapa kendalanya itu? mustinya kan justru kamu pakarnya regex


Bum-bum: …

Bug-book: any story behind?


Bum-bum: ancient story

Bug-book: would you tell me?


Bum-bum: any time

Bug-book: ok. Eh hati2 aja berurusan ama si Jarot


Bum-bum: <mengangguk angguk>

Bug-book: orang seperti itu ngga bisa di percaya.


Bum-bum: <mengangguk angguk> thanks atas kepercayaannya.


Tiba-tiba muncul window private message baru.


ha!: bener kata si bug


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home